Minggu, 16 Mei 2010

Sejarah Perangangan UUD 1945

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai dengan tanggal 1 Juni 1945 Ir.Sukarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Kemudian BPUPKI membentuk Panitia Kecil yang terdiri dari 8 orang untuk menyempurnakan rumusan Dasar Negara. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPK untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

Perayaan Hari Kemerdekaan RI

Bulan Agustus adalah hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Setiap bulan ini rasa kebangsaan kita diuji dengan berbagai acara untuk memeriahkan hari ulang tahun bangsa ini. Bagi orang Indonesia tentu akan dengan bangga jika dapat mempersembahkan sesuatu untuk bangsanya. Beruntung kita tidak perlu berjuang untuk merebut kemerdekaan, kita hanya bertugas mempertahankannya.
Banyak cara untuk memeriahkan ulang tahun Indonesia. Banyak diantara kita yang merayakannya dengan mengadakan berbagai perlombaan. Ada lomba yang serius, banyak pula lomba hanya untuk bersenang-senang sekedar untuk memeriahkannya. Lomba yang mungkin menjadi acara tahunan ditingkat kelurahan atau RT adalah lomba panjat pinang. Lomba ini menjadi acara favorit yang ditunggu-tunggu oleh sebagian besar warga. Lomba yang mengutamakan kekompakan tim. Bagaimana bekerjasama dalam sebuah tim untuk mencapai tujuan. Sebenarnya banyak lomba yang mengajarkan pada kita untuk tidak saling menjatuhkan, tetapi bekerjasama untuk membangun negeri ini. Lomba-lomba lain banyak juga digelar diantaranya Lomba Balap Karung, pecah balon, perang bantal, sampai sepak bola sarung. Semuanya bersifat hiburan untuk masyarakat yang sudah jenuh dengan kesibukan sehari-hari.
Tetapi apakah lomba-lomba tersebut sudah mencerminkan kesadaran orang-orang Indonesia untuk dapat mempertahankan kemerdekaan ini? Sementara dibeberapa tempat di Indonesia bahaya disintegrasi bangsa begitu mengemuka. Sebenarnya apa yang terjadi dengan bangsa ini? Apakah begitu banyak orang yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau hanya akal-akalan elit politik yang haus kekuasaan? Jika kita melihat ke belakang sebelum terjadi reformasi, hal-hal seperti ini mungkin tidak terpikirkan oleh kita. Sebelum tahun 1997, kehidupan bangsa Indonesia terasa lebih tenang bagi sebagian orang Indonesia. Ukuran yang paling sederhana adalah harga kebutuhan pokok. Ukuran tersebut adalah ukuran bagi warga biasa yang mempunyai penghasilan hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Lomba tujuhbelasan memang menyenangkan untuk disaksikan dan diikuti. Untuk ikut memeriahkan hari ulang tahun kita semua.

Perjanjian Batas-Batas Wilayah NKRI

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melakukan penyelesaian masalah garis batas landas kontinen dengan negara-negara sahabat dengan semangat good neighboorhood policy atau semangat kebijakan negara bertetangga yang baik di antaranya dengan negara sahabat Malaysia, Thailand, Australia dan India.
1. Perjanjian RI dan Malaysia
- Penetapan garis batas landas kontinen kedua negara di Selat Malaka dan laut Cina Selatan
- Ditandatangai tanggal 27 oktober 1969
- Berlaku mulai 7 November 1969
2. Perjanjian Republik Indonesia dengan Thailand
- Penetapan garis batas landas kontinen kedua negara di Selat Malaka dan laut andaman
- Ditandatangai tanggal 17 Desember 1971
- Berlaku mulai 7 April 1972
3. Perjanjian Republik Indonesia dengan Malaysia dan Thailand
- Penetapan garis batas landas kontinen bagian utara
- Ditandatangai tanggal 21 Desember 1971
- Berlaku mulai 16 Juli 1973
4. Perjanjian RI dengan Australia
- Penetapan atas batas dasar laut di Laut Arafuru, di depan pantai selatan Pulau Papua / Irian serta di depan Pantau Utara Irian / Papua
- Ditandatangai tanggal 18 Mei 1971
- Berlaku mulai 19 November 1973
5. Perjanjian RI dengan Australia (Tambahan Perjanjian Sebelumnya)
- Penetapan atas batas-batas dasar laut di daerah wilayah Laut Timor dan Laut Arafuru
- Ditandatangai tanggal 18 Mei 1971
- Berlaku mulai 9 Oktober 1972
6. Perjanjian RI dengan India
- Penetapan garis batas landas kontinen kedua negara di wilayah Sumatera / Sumatra dengan Kepulauan Nikobar / Nicobar
- Ditandatangai tanggal 8 Agustus 1974
- Berlaku mulai 8 Agustus 1974

Batas Wilayah NKRI

Indonesia mempunyai perbatasan darat dengan tiga negara tetangga, yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara perbatasan laut dengan sepuluh negara tetangga, diantaranya Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste, India, Thailand, Australia, dan Palau. Hal ini tentunya sangat erat kaitannya dengan masalah penegakan kedaulatan dan hukum di laut, pengelolaan sumber daya alam serta pengembangan ekonomi kelautan suatu negara. Kompleksitas permasalah di laut akan semakin memanas akibat semakin maraknya kegiatan di laut, seperti kegiatan pengiriman barang antar negara yang 90%nya dilakukan dari laut, ditambah lagi dengan isu-isu perbatasan, keamanan, kegiatan ekonomi dan sebagainya. Dapat dibayangkan bahwa penentuan batas laut menjadi sangat penting bagi Indonesia, karena sebagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan negara tetangga di wilayah laut. Batas laut teritorial diukur berdasarkan garis pangkal yang menghubungkan titik-titik dasar yang terletak di pantai terluar dari pulau-pulau terluar wilayah NKRI. Berdasarkan hasil survei Base Point atau titik dasar untuk menetapkan batas wilayah dengan negara tetangga, terdapat 183 titik dasar yang terletak di 92 pulau terluar, sisanya ada di tanjung tanjung terluar dan di wilayah pantai

Minggu, 07 Maret 2010

Hukum Islam Di Indonesia

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar system hukum di Indonesia masih menganut system hokum Belanda. Hal ini dikarenakan penjajahan yang cukup lama yang dilakukan Belanda pada Indonesia. Disini saya akan membahas salah satu hukum di Indonesia, tepatnya pada Provinsi NAD yaitu hukum agama. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan.

Hukum Islam di Indonesia belum bisa ditegakkan secara menyeluruh, karena belum adanya dukungan yang penuh dari segenap masyarakat. Aceh merupakan satu-satunya provinsi yang banyak menerapkan hukum Islam melalui Pengadilan Agama, sesuai pasal 15 ayat 2 Undang-Undang RI No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman yaitu : Peradilan Syariah Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darrussalam merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan agama sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan agama, dan merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan umum sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan umum.

Di dalam Al Quran surat 5:44, Barang siapa yang memutuskan sesuatu tidak dengan yang Allah turunkan, maka termasuk orang yang kafir". Demikian juga dalam ayat 45, dan 47. Jadi umat Islam harus menegakkan hukum syariat Islam secara keseluruhan, karena Allah telah memerintahkan agar ummat-Nya masuk Islam secara keseluruhan (QS 2:208).

Senin, 01 Maret 2010

Pengaruh Globalisasi dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia

Saya sebagai seorang mahasiswa sangat prihatin terhadap perkembangan yang semakin maju ini. Salah satunya kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh yang disebabkan oleh globalisasi ini cukup banyak, ada yang berpengaruh positif dan ada juga negatifnya. Kalau dilihat lagi, pengaruh globalisasi ini sudah semakin parah. Dapat dilihat dari kehidupan politik dan ekonomi yang saat ini sedang kacau. Banyak kasus-kasus yang tidak terselesaikan oleh pemerintah maupun Negara. Pada kehidupan ekonomi, bagi warga Indonesia tidak ada lagi rasa cinta terhadap produk Indonesia. Banyak produk asing yang masuk, sehingga Negara menjadi rugi akan hal ini. Banyak lagi pengaruh negative dari globalisasi, yaitu: 1. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat. 2. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. 3. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

Budaya Asli Bima

Ntumbu (Adu Kepala)
Saya adalah salah satu dari suku kecil yang ada di Indonesia, yaitu suku Bima. Suku di Bima biasanya sangat ramah dan banyak warganya yang bernuansa islami. Di Bima banyak kebudayaan aslinya, tetapi sekarang-sekarang ini sudah mulai hampir punah. Hal ini disebabkan karena para pemuda-pemuda atau para penerusnya banyak yang melupakan kebudayaan adat dari suku sendiri. Salah satu budaya bima yang masih bertahan dan terus dikembnangkan adalah adu kepala (Ntumbu). Budaya dan sekaligus keseniaan ini berlokasi di Kecamatan Wawo Kabupaten Bima. Tradis yang sudah berumur sama dengan keberadaan daerah bima ini tidak sembarang orang dapat memainkannya. Hal ini karena perlu dipelajari secara serius dan mendalam melalui seorang guru. Sehingga tidak heran, hanya terdiri dari beberapa orang saja yang mampu memerankan tradisi tersebut. Belum lama ini digelar budaya adu kepala di halaman Kantor Bupati Bima dan mendapat prehatian luas dari masyarakat, termasuk turis manca negara yang menonton. Jadi diharapkan kepada masyarakat Bima, jangan nelupakan kebudayaan asli sendiri. Kembangkanlah terus kebudayaan asli dari suku masing-masing.

Sabtu, 13 Februari 2010

Mengapa Aku Harus Bangga Sebagai Bangsa Indonesia?

Tema di atas yaitu, “Mengapa Aku Harus Bangga Sebagai Bangsa Indonesia” ini sering kita dengar di buku-buku maupun surat kabar. Dari tema di atas, kita menjadi berpikir mengapa harus bangga sebagai bangsa Indonesia dan saya sendiri sebagai Mahasiswa mnjadi beerpikir mengapa harus bangga sebagai bangsa Indonesia?

Saya bangga sebagai bangsa Indonsia karena Bangsa Indonesia adalah bangsa yang bhineka (beraneka ragam) dan bangsa Indonesia tidak pernah membedakan ras, agama, golongan, budaya dan suku antar warganya.

Ditinjau dari segi ras, bangsa Indonesia memiliki banyak ras dan biasanya ditandai dari ciri-ciri fisik. Dapat dilihat dari warna kulit, bentuk mata, bentuk hidung, warna rambut,dsb. Di Indonesia terdapat warga Negara dari ras mongoloid berkulit kuning (Cina, keturunan Jepang, Korea), baik asli maupun keturunan. Ada juga ras melayu yang berkilit sawo matang rambut hitam, seperti ras pada suku jawa, sunda, bali, dsb. Terdapat juga ras negroid berkulit hitam, rambut keriting seperti pada suku-suku yang bertempat di Irian (Papua). Semua yang berasal dari ras manapun apabila telah menjadi warga Negara Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

Ditinjau dari segi agama, di Indonesia terdapat pemeluk agama yang berbeda. Agama Islam sebagai agama dengan jumlah pemeluk terbesar dapat hidup rukun dan saling bertoleransi dngan pemeluk agama yang lain, yakni Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha secara harmonis dalam kurun waktu yang lama. Hal ini telah berlangsung lama yakni sejak kedatangannya di Indonesia.Dengan demikian, kesamaan kedudukan yakni sebagai warga Negara dari berbagai pemeluk agama seakan menjadi keindahan dalam kehidupan.

Ditinjau dari segi golongan, berbagai golongan dalam masyarakat, baik atas profesi, tingkat pendidikan,dsb mempunyai kedudukan yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangasa dan bernegara. Penggolongan terjadi karena para anggota memiliki kepentingan dan tujuan yang sama.Namun, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangasa dan bernegara mereka memiliki kedudukan yang sama.

Ditinjau dari segi budaya dan suku, di wilayah Indonesia terdapat sekitar tiga ratus suku bangsa dengan keebudayaan masing-masing. Semua suku bangsa dengan bahasa daerah masing-masing berhak mengembangkan kebudayaannya selaras dengan nilai-nilai harkat dan martabat kemanusiaan yang luhur. Hal ini berarti bahwa pengembangan budaya dan hak masyarakat tradisional selarasdengan nilai-nilai peradaban. Kesamaan untuk berkembang dan mengembangkan kebudayaan itu selaras dengan kemajuan zaman dan peeradaban yang luhur dan bernilai kemanusiaan.

Sumber : Buku kewarganegaraan

Sabtu, 02 Januari 2010

Perbaikan Tegangan untuk Konsumen

Judul : Perbaikan Tegangan untuk Konsumen

Nama : Asmi Syupriadin (30408169)

Email : b4nt3x@gmail.com

Abstrak

Salah satu persyaratan keandalan sistem penyaluran tenaga listrik yang harus

dipenuhi untuk pelayanan kepada konsumen adalah kualitas tegangan yang baik dan

stabil, karena meskipun kelangsungan catu daya dapat diandalkan, namun belum

mungkin untuk mempertahankan tegangan tetap pada sistem distribusi karena

tegangan jatuh akan terjadi disemua bagian sistem dan akan berubah dengan adanya

perubahan beban. Beban sebagaian besar memiliki faktor dya tertinggal, pada

dasarnya saat beban puncak daya reaktif yang dibutuhkan beban meningkat dan

dapat lebih besar dari yang dibangkitkan oleh sistem. Kekurangan daya reaktif ini

akan menyebabkan penurunan tegangan pada ujung penerimaan dimana konsumen

terhubung. Tegangan ujung penerimaan ini akan semakin rendah apabila jarak

konsumen ke pusat pelayanan cukup jauh. Apabila penurunan tegangan yang terjadi

melebihi batas toleransi yang diijinkan, maka secara teknis akan mengakibatkan

terganggunya kinerja peraltan listrik konsumen seperti berbagai jenis lampu, alat-alat

pemanas dan motor-motor listrik. Berdasarkan hubungan tegangan dan daya rekatif

tersebut, maka tegangan dapat diperbaiki dengan mengatur aliran daya reaktif.

Kapasitor pada sistem daya listrik menimbulkan daya reaktif, sehingga

pemasangannya pada sistem distribusi menjadikan losses akibat aliran daya reaktif

pada saluran dapat dikurangi sehingga kebutuhan arus menurun dan tegangan

mengalami kenaikan. Hasil pemasangan kapasitor di area kerja PT. PLN (Persero)

Distribusi cabang Surakarta ranting Jatisrono sebagai daerah rawan jatuh tegangan

didapatkan kenaikan tegangan sebesar ± 8% pada pemasangannya di Jaringan

Distribusi Primer dan didapatkan kenaikan tegangan sampai dengan ±6% pada

pemasangannya di Jaringan Distribusi Sekunder khususnya pada transformator

distribusi yang mengalami beban lebih. Dengan membandingkan batas toleransi

tegangan yang diijinkan yaitu ± 5 % dengan kenaikan tegangan yang didapatkan dari

pemasangan kapasitor, maka dapat diasumsikan tegangan telah dapat diperbaiki.

Kata Kunci: Tegangan, Kapasitor, Beban.

1. Pendahuluan

Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat

pembangkit kepada konsumen diperlukan suatu jaringan

tenaga listrik. Sistem jaringan ini terdiri dari jaringan

transmisi (sistem tegangan extra tinggi dan tegangan

tinggi) dan jaringan distribusi (sistem tegangan

menengah dan tegangan rendah). Dalam sistem

distribusi pokok permasalahan tegangan muncul karena

konsumen memakai peralatan dengan tegangan yang

besarnya sudah ditentukan. Jika tegangan sistem terlalu

tinggi/rendah sehingga melawati batas-batas toleransi

maka akan mengganggu dan selanjutnya merusak

peralatan konsumen.

Beban sistem bervariasi dan besarnya berubah-ubah

sepanjang waktu. Bila beban meningkat maka tegangan

diujung penerimaan menurun dan sebaliknya bila beban

berkurang maka tegangan di ujung penerimaan naik.

Faktor lain yang ikut mempengaruhi perubahan

tegangan sistem adalah rugi daya yang disebabkan oleh

adanya impedansi seri penghantar saluran, rugi daya ini

menyebabkan jatuh tegangan. Oleh karena itu

konsumen yang letaknya jauh dari titik pelayanan akan

cenderung menerima tegangan relatif lebih rendah, bila

dibandingkan dengan tegangan yang diterima konsumen

yang letaknya dekat dengan pusat pelayanan.

Perubahan tegangan pada dasarnya disebabkan oleh

adanya hubungan antara tegangan dan daya reaktif.

Jatuh tegangan dalam penghantar sebanding dengan

daya reaktif yang mengalir dalam penghantar tersebut.

Berdasarkan hubungan ini maka tegangan dapat

dieperbaiki dengan mengatur aliran daya reaktif.

2. Tinjauan Pustaka

Dalam teori listrik dikenal adanya besaran dan

satuan listrik yaitu: Tegangan Listrik (beda potensial

antara dua penghantar yang bermuatan listrik dalam

Volt), Arus Listrik (muatan lsitrik yang mengalir pada

suatu penghantar dari yang berpotensial tinggi ke

rendah dalam Ampere), Frekuensi (banyaknya siklus

atau periode gelombang berjalan arus listrik Bolak-balik

selama satu detik dalam Hertz), Hambatan/ tahanan

(hal-hal yang dapat menghambat proses mengalirnya

arus listrik dalam Ohm). Daya Listrik (Daya semu

dalam va, Daya nyata/aktif dalam watt, Daya reatif

dalam var), Beban Listrik (Beban Resistif contoh lampu

pijar, Beban induktif contoh transformator, motor

listrik, Beban kapasitif contoh kapasitor). dari ketiga

Daya tersebut terdapat suatu hubungan yang dapat

ditunjukkan pada gambar 1.

Perbandingan antara besar daya aktif dengan daya

semu diseut faktor daya (cos θ), θ adalah sudut yang

dibentuk antara daya aktif dan daya semu. Faktor daya

ini terjadi karena adanya pergeseran fasa yang

disebabkan oleh adanya beban induktif/kumparan dan

atau beban kapasitif. Dalam teori listrik arus bolak-balik

penjumlahan daya dilakukan secara vektoris, yang

dibentuk vektornya merupakan segitiga siku-siku, yang

dikenal dengan segitiga daya. Sudut θ merupakan sudut

pergeseran fasa, semakin besar sudutnya, semakin besar

Daya Semu (S), dan semakin besar pula Daya Reaktif

(Q), sehingga faktor dayanya (cosθ)semakin kecil. Daya

reaktif adalah daya yang hilang, atau daya rugi-rugi

sehingga semakin besar sudutnya atau semakin kecil

faktor dayanya maka rugi-ruginya semakin besar.

2.1. Sistem Distribusi Daya Listrik

Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem yang

terpadu oleh hubungan-hubungan peralatan dan

komponen listrik seperti: generator, transformator,

jaringan tenaga listrik dan beban-beban listrik atau

pelanggan. Pendistribusian tenaga listrik adalah bagian

dari suatu proses sistem tenaga listrik yang secara garis

besar dapt dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

1. Proses produksi di pusat-pusat pembangkit tenaga

listrik (PLTA, PLTG, PLTU)

2. Proses penyaluran daya/transmisi dengan tegangan

tinggi (30, 70, 150, 500 KV) dari pusat-pusat

pembangkit ke gardu-gardu induk

3. Proses pendistribusian tenaga listrik dengan

tegangan menengah/melalui jaringan Distribusi

primer (misal 11 atau 20 KV) dan tegangan

rendah/jaringan distribusi sekunder (110, 220, 380

Volt)

Jaringan distribusi adalah semua bagian dari suatu

sistem yang menunjang pendistribusian tenaga listrik

yang berasal dari gardu-gardu induk. Sedangkan

komponen-komponen jaringan distribusi adalah

Jaringan distribusi primer (suatu jaringan dengan sistem

20 KV), gardu distribusi (suatu sistem dengan peralatan

utama trafo untuk menurunkan tagangan), jaringan

Distribusi sekunder (suatu jaringan dengan sistem

tegangan 110V, 220V, 380V). Klasifikasikan Jaringan

distribusi menurut strukturnya

1. struktur jaringan radial

2. struktur jaringan loop

3. struktur jaringan spindel

2.2. Karakteristik Beban

Sifat umum beban, karakteristiknya ditentukan oleh

faktor kebutuhan beban maksimum (demand factor),

faktor beban (load factor) dan faktor diversitas. Dalam

praktek listrik diperjual belikan berdasarkan kebutuhan

yang dalam kenyataan kebutuhan rata-rata yang tercatat

pada periode tertentu biasanya 15, 30, 60 menit. Periode

30 menit sering disarankan karena tidak ada denda yang

besar untuk kelalaian puncak untuk waktu yang pendek

dan adanya bermacam-macam konstanta waktu

pemanasan peralatan listrik seperti misalnya motor

listrik. Selain itu kebanyakan meter peralatan

menyediakan pencatatan kebutuhan 30 menit.

Kebutuhan maksimum/beban puncak suatu instalasi/

sistem biasanya dinyatakan sebagai harga terbesar

tingkat kebutuhan 30 menit pada periode tertentu,

seperti misalnya satu bulan atau satu tahun. Faktor

Beban adalah jumlah satuan yang dipakai pada suatu

periode yang ditentukan dibagi kebutuhan maksimum

dikali jam pada periode yang sama

2.3. Sistem Regulasi Tegangan

Jatuh tegangan adalah selisih antara tegangan ujung

pengiriman dan tegangan ujung penerimaan, jatuh

tegangan disebabkan oleh hambatan dan arus, pada

saluran bolak-balik besarnya tergantung dari impedansi

dan admitansi saluran serta pada beban dan faktor daya.

Jatuh tegangan relatif dinamakan regulasi tegangan dan

dinyatakan dengan rumus:

Vs = Tegangan ujung pengiriman (volt)

Vr = Tegangan ujung penerimaan (volt)

Saluran daya umumnya melayani beban yang

memiliki faktor daya tertinggal. Faktor-faktor yang

mendasari bervariasinya tegangan sistem distribusi

adalah:

− konsumen pada umumnya memakai peralatan yang

memerlukan tegangan tertentu

− letak konsumen tersebar, sehingga jarak tiap

konsumen dengan titik pelayanan tidak sama

− pusat pelayanan tidak dapat diletakkan merata atau

tersebar

− terjadi jatuh tegangan

faktor b, c, dan d menyebabkan tegangan yang

diterima konsumen tidak selalu sama. Konsumen yang

letaknya jauh dari titik pelayanan akan cenderung

menerima tegangan relatif lebih rendah dibandingkan

dengan konsumen yang letaknya dekat dengan pusat

pelayanan. Metoda-metoda yang digunakan untuk

memperbaiki regulasi tegangan saluran distribusi

− penerapan regulator tegangan otomatis dalam gardu

induk distribusi

− pemasangan kapasitor dalam gardu induk

− penerapan regulator tegangan otomatis dalam

saluran distribusi primer

− pemasangan kapasitor paralel dan kapasitor seri

dalam saluran distribusi primer

− pemakaian transformator berpeubah sadapan (tap

changing transformer)

2.4. Kapasitor

Kapasitor adalah komponen yang hanya dapat

menyimpan dan memberikan energi yang terbatas yaitu

sesuai dengan kapasitasnya, pada dasarnya kepasitor

terdiri atas dua keping sejajar yang dipisahkan oleh

medium dielektrik. Model matematis kapasitor adalah:

I = arus sesaat (ampera)

V = tegangan sesaat (volt)

C = kapasitansi (F)

Arus pada gambar dibawah harganya adalah

2.5. Kapasitor pada Jaringan Distribusi

Kapasitor pada sistem daya listrik menimbulkan

daya reaktif untuk memperbaiki tegangan dan faktor

daya, karenanya menambah kapasitor sistem akan

mengurangi kerugian. Dalam kapasitor seri daya reaktif

sebanding dengan kuadrat arus beban, sedang pada

kapasitor paralel sebanding dengan kuadrat tegangan.

Pemasangan peralatan kapasitor seri dan paralel

pada jaringan distribusi mengakibatkan losses akibat

aliran daya reaktif pada saluran dapat dikurangi

sehingga kebutuhan arus menurun dan tegangan

mengalami kenaikan sehingga kapasitas sistem

bertambah.

Kapasitor seri tidak digunakan secara luas dalam

saluran distribusi, karena adanya berbagai permasalahan

(resonansi distribusi, resonansi fero dalam transformator

dan resonansi subsinkron selama starting motor) dan

sistem yang lebih komplek.

Biaya pemasangan kapasitor seri jauh lebih mahal

daripada kapasitor paralel, dan biasanya kapasitor seri

dirancang dengan kapasitas yang lebih besar dengan

tujuan untuk mengantisipasi perkembangan beban untuk

masa-masa yang akan datang. Hal-hal tersebut menjadi

alasan utama sehingga dalam sistem distribusi yang

dibahas banya kapasitor paralel. Manfaat penggunaan

kapasitor paralel:

− mengurangi kerugian

− memperbaiki kondisi tegangan

− mempertinggi kapasitas pembebanan jaringan

Kapasitor paralel membangkitkan daya reaktif

negatif (panah kebawah) dan beban membangkitkan

daya reaktif positif (panah keatas), jadi pengaruh dari

kapasitor adalah untuk mengurangi aliran daya reaktif di

dalam jarigan sehingga daya reaktif yang berasal dari

sistem menjadi

Q2 (total) = Q1 (beban) – Qc.

Qc adalah daya reaktif yang dibangkitkan oleh

kapasitor paralel.keuntungan:

1. Arus I berkurang dan karenanya kerugian I2 R

berkurang

2. % kenaikan tegangan

Q kap = KVAR

X = Reaktansi jaringan (ohm)

V = tegangan nominal (kv antar fasa)

3. karena arus berkurang untuk suatu daya (kw)

maka jaringan, trafo dan sebagainya agak

berkurang beban kva nya. Jadi jaringan mampu

mensuplai permintaan yang lebih tinggi.

3. Metode Penelitian

1. Metode studi kasus, yaitu dari kasus yang ada di

wilayah PT. PLN (Persero) distribusi cabang

Surakarta

2. Survei data-data jaringan yang menjadi lingkup

wilayah Surakarta

3. Menganalisa hasil data survei dengan teori yang

ada.

4. Analisa dan Perhitungan

Hasil Pengukuran

1. Pengukuran tegangan sebelum dan setelah

pemasangan kapasitor dapat dilihat pada tabel 1

2. Pengukuran Arus sebelum dan setelah dapat dilihat

dalam tabel 2

Dari hasil pengukuran tegangan didapatkan bahwa

tegangan mengalami kenaikan. Kenaikan ini disebabkan

karena beban induktif dari beban telah terkompensir

oleh kapasitor sehingga beban yang tertinggal hanya

beban resistif, dengan demikian kebutuhan konsumsi

arus akan menurun yang berakibat pula rugi-rugi pada

media penghubung antara sumber ke beban menjadi

berkurang dan tegangan menjadi naik.

Dari hasil pengamatan arus pada tabel diatas

terlihat bahwa pada hasil pengukuran arus terjadi

penurunan dan kenaikan hal ini dikarenakan adanya

fluktuasi beban yang berbeda antara sebelum dipasang

kapasitor dengan setelah kapasitor, tapi bila kita amati

secara keseluruhan maka pada pengukuran arus akan

cenderung menurun.

5. Kesimpulan

1. Tegangan yang rendah di PLN Wilayah Ranting

Jatisrono disebabkan karena jauhnya jarak

konsumen dari pusat pelayanan disamping itu,

seperti halnya di daerah pusat beban lainnya, di

area kerja PLN Ranting Jatisrono banyak terdapat

trafo distribusi yang mengalami beban lebih

2. Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki tegangan

di PLN rangting Jatisrono adalah dengan

pemasangan kapasitor paralel

3. Penempatan kapasitor paralel untuk tegangan

menengah adalah feeder/penyulung utama yang

terhubung ke beban di PLN wilayah ranting

jatisrono, karena tegangan yang rendah pada

jaringan tegangan menengah akan mengakibatkan

rendahnya tegangan pada jarigan tegangan rendah

4. Dari hasil perhitungan dan pengamatan

pemasangan kapasitor untuk tegangan menengah

seperti tabel 1 dapat disimpulkan bahwa regulasi

tegangan setelah dipasang kapasitor tidak mencapai

lebih dari 2 % dalam artian tegangan mengalami

kenaikan sebesar ± 8 %, sehingga dapat

diasumsikan tegangan telah dapat diperbaiki.

Perbedaan antara hasil perhitungan dan pengamatan

tegangan dan arus terjadi karena adanya

kemungkinan fluktuasi beban yang berbeda antara

sebelum dipasang kapasitor dengan setelah

dipasang kapasitor.

5. pengukuran tegangan dan arus setelah pemasangan

kapasitor tegangan rendah seperti pada tabel 2 dan

tabel 3, terlihat bahwa tegangan mengalami

kenaikan sampai dengan 6%, dan arus mengalami

penurunan sampai dengan 59%. Penurunan arus

dan kenaikan tegangan ini disebabkan karena beban

induktif dari beban telah terkompensir oleh

kapasitor sehingga beban yang tinggal hanya beban

resistif, dengan demikian kebutuhan konsumsi arus

akan menurun yang berakibat pula rugi-rugi pada

media penghubung antara sumber ke beban menjadi

berkurang dan tegangan menjadi naik. Kenaikan

tegangan sampai dengan 6% ini memberikan hasil

yang cukup menentukan pada usaha perbaikan

tegangan yang dilakukan

6. Karena aus berkurang untuk suatu daya (Kw), maka

jaringan maupun trafo-trafo distribusi agak

berkurang beban Kva-nya. Jadi dengan demikian

perbaikan tegangan secara tidak langsung dapat

meningkatkan kemampuan suplai permintaan daya

yang lebih tinggi.

Daftar Pustaka

[1] Hutauruk, T.S, Prof. Ir. M. Sc, 1996, Transmisi Daya Listrik, Erlangga.

[2] Pabla, A. S, 1996, Sistem Distribusi Daya Listrik, Jakarta, penerbit Erlangga

[3] Pusdiklat, 1996, Jaringan Distribusi, PLN Distribusi Jawa Tengah

[4] Pusdiklat, 1995, Teknik Distribusi, PT, PLN. (Persero) Distribusi Jawa Tengah

[5] Stevenson, W.D, 1996, Analisa Sistem Tenaga, Jakarta, Penerbit Erlangga

[6] Zuhal, 1995, Dasar Teknik Listrik dan Elektronika Daya, Jakarta, Penerbit PT.Gramedia.